Sifat al-afw (memaafkan) ini ada
dua macam:
1. Yang pertama:
pemaafan-Nya yang (bersifat) umum bagi semua orang yang berbuat maksiat, dari
kalangan orang-orang kafir maupun yang selain mereka. (Yaitu) dengan tidak menimpakan
siksaan yang telah ada sebab-sebabnya, yang seharusnya menjadikan mereka
terhalangi dari kenikmatan (duniawi yang mereka rasakan), padahal mereka
menentang-Nya dengan mencela-Nya (menisbatkan sifat-sifat yang tidak layak
bagi-Nya), menyekutukan-Nya dan melakukan berbagai macam penyimpangan lainnya.
(Bersamaan dengan itu) Allah (tetap) memaafkan (menangguhkan siksaa-Nya),
memberi rezki dan menganugerahkan berbagai macam nikmat (duniawi) lahir dan
batin kepada mereka.
2. Yang kedua: Pemaafan
dan pengampunan-Nya yang (bersifat) khusus bagi orang-orang yang bertaubat,
yang meminta ampun, yang berdoa dan menghambakan diri (kepada-Nya), demikian
pula bagi orang-orang yang mengharapkan (rahmat-Nya) dengan musibah-musibah
yang menimpa mereka. Maka semua orang yang bertaubat kepada-Nya dengan tobat
yang nashuh[11], maka Allah akan
mengampuni dosa apapun yang dilakukannya, (baik itu) kekafiran, kefasikan
maupun maksiat (lainnya). Semua dosa tersebut termasuk dalam (keumuman) firman
Allah Ta’ala,
{قل يا عبادي الذين
أسرفوا على أنفسهم لا تقنطوا من رحمة الله إن الله يغفر الذنوب جميعًا إنه هو
الغفور الرحيم}
“Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” (az-Zumar:53) [12].
Pengaruh positif dan manfaat mengimani
nama Allah al-Afuw
Memahami nama Allah yang maha agung ini merupakan pintu utama untuk
mencapai kedudukan yang tinggi (di sisi-Nya), khususnya jika (setelah
memahaminya dengan baik) kita berusaha untuk merealisasikan kandungan dan
konsekwensi yang terkandung dalam nama ini. Yaitu melakukanistighfar (meminta ampun kepada Allah) secara
kontinyu, meminta pemaafan, selalu bertobat, mengharapkan pengampunan dan tidak
berputus asa (dari rahmat-Nya), karena Allah Ta’ala Maha Pema’af lagi Maha
Pengampun, sangat mudah bagi-Nya untuk mengampuni dosa (hamba-hamba-Nya)
bagaimanapun besarnya dosa dan maksiat tersebut. Maka seorang hamba senantiasa
berada dalam kebaikan yang agung selama dia selalu meminta pemaafan dan
mengharapkan pengampunan dari Allah[13].
Cobalah renungkan makna yang agung ini dalam hadits qudsi berikut ini:
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Allah Ta’ala
berfirman, “Seorang hamba melakukan perbuatan dosa, kemudian dia berdoa: “Ya
Allah ampunilah dosaku”. Maka Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku telah berbuat
dosa, sedang dia meyakini bahwa dia mempunyai Tuhan yang (maha) mengampuni dan
membalas perbuatan dosa”. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba itu
berbuat dosa lagi lalu berdoa, “Ya Tuhanku ampunilah dosaku”. Maka Allah Ta’ala
berfirman, “Hamba-Ku telah berbuat dosa, sedang dia meyakini bahwa dia
mempunyai Tuhan yang (maha) mengampuni dan membalas perbuatan dosa”. (Maka
Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba itu berbuat dosa lagi lalu berdoa,
“Ya Tuhanku ampunilah dosaku”. Maka Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku telah
berbuat dosa, sedang dia meyakini bahwa dia mempunyai Tuhan yang (maha)
mengampuni dan membalas perbuatan dosa, berbuatlah sesukamu (wahai hamba-Ku),
maka sungguh Aku telah mengampunimu”[14]. Yaitu, “Selama kamu terus bertaubat, memohon dan kembali (kepada-Ku)” [15].
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di ketika menafsirkan firman Allah Ta’ala,
{إن الله كان عفواً
غفوراً}
“Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun” (QS an-Nisaa’:43).
Beliau berkata: “Artinya:
Allah memiliki banyak pemaafan dan pengampunan bagi hamba-hamba-Nya yang
beriman, dengan memudahkan dan meringankan syariat-Nya bagi mereka, sehingga
mudah bagi mereka untuk menunaikannya dan tidak menyusahkan.
Termasuk (bentuk) pemaafan dan pengampunan-Nya adalah Rahmat-Nya bagi umat
(Islam) ini dengan Dia mensyariatkan bersuci dengan tanah (debu) sebagai
pengganti air ketika tidak mampu menggunakan air.
Dan termasuk (bentuk) pemaafan dan pengampunan-Nya adalah dengan Dia
membukakan pintu taubat dan kembali kepada-Nya bagi orang-orang yang berbuat
dosa, bahkan dia menyeru mereka untuk bertaubat dan menjanjikan pengampunan
bagi dosa-dosa mereka.
Juga termasuk (bentuk) pemaafan dan pengampunan-Nya adalah bahwa seandainya
seorang mukmin datang menghadap-Nya (di akhirat nanti) dengan membawa dosa
sepenuh bumi, tapi dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, maka Dia akan
memberikan pada hamba-Nya itu pengampunan yang sepenuh bumi (pula)[16]. [17]
Termasuk (bentuk) pemaafan-Nya adalah bahwa perbuatan baik dan amalan
shaleh bisa menghapuskan perbuatan buruk dan dosa. Allah Ta’ala berfirman,
{إنَّ الحَسَنَاتِ
يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ}
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik
itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan buruk” (QS Huud:114).
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ikutkanlah
perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka niscaya perbuatan baik itu akan
menghapuskan (dosa) perbuatan buruk tersebut[18].
Demikian juga termasuk (bentuk) pemaafan-Nya adalah bahwa semua musibah
yang menimpa seorang hamba pada diri, anak maupun hartanya, (itu semua) akan
menghapuskan dosa-dosanya, khususnya jika hamba itu mengharapkan pahala (dari)
musibah tersebut dan menunaikan sikap bersabar dan ridha (dengan takdir Allah
Ta’ala terhadap dirinya).
Dan termasuk (bentuk) pemaafan-Nya yang agung adalah bahwa hamba-Nya selalu
menentang (perintah)-Nya dengan (melakukan) berbagai macam maksiat dan dosa
besar, tapi Dia selalu berlaku lembut dan memberikan maaf-Nya kepadanya,
kemudian dia melapangkan dada hamba-Nya itu untuk bertobat (kepada-Nya), lalu
Dia menerima taubatnya. Bahkan Allah Ta’ala bergembira dengan taubat hamba-Nya
padahal Dia Maha Kaya lagi Maha Terpuji, tidak akan memberi manfaat bagi-Nya
ketaatan orang-orang yang taat, sebagaimana tidak akan merugikan-Nya
kemaksiatan orang-orang yang berbuat maksiat [19].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar